HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV.
Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006).
Pendataan terakhir pada 30 November tahun 2011 di Indonesia masih terus meningkat. Seperti dilansir oleh Tempo.Co jumlah penderita HIV/AIDS di Jawa Timur sejak Januari hingga awal November 2011 mencapai 4.318 orang. Angka ini menjadikan provinsi paling timur di Pulau Jawa itu berada pada posisi tertinggi di Indonesia yang selama ini ditempati DKI Jakarta. “Ada peran besar dari para TKI yang pulang membawa HIV karena Jawa Timur adalah penyumbang terbesar TKI,” kata Asisten Kesejahteraan Pemerintah Jawa Timur, Edy Purwinarto, Rabu, 30 November 2011.
Pada urutan kedua ditempati Provinsi Papua dengan jumlah penderita 4.005 orang, sedangkan DKI Jakarta berada di urutan ketiga sebanyak 3.998 orang.
Edy mengatakan bahwa pencegahan HIV/AIDS telah dilakukan dengan menggandeng beragam instansi dan kelompok masyarakat. Namun penularan HIV/AIDS dari para TKI ternyata di luar prediksi sehingga jumlah penderita pun terus meningkat. Padahal tahun 2011 lalu, jumlah penderita 3.234 orang.
Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Jawa Timur Syaifullah Yusuf menjelaskan, untuk perang melawan HIV/AIDS, pihaknya telah melakukan berbagai program, seperti pembagian kondom gratis di beberapa kota. “Program ini berhasil menekan penyebaran HIV/AIDS di lokalisasi prostitusi,” ujar Gus Ipul, sapaan akrab Syaifullah Yusuf.
Gus Ipul mengatakan penyebaran HIV/AIDS di kalangan TKI memang cukup memprihatinkan. Peningkatan penyebaran HIV/AIDS di kalangan TKI ini setidaknya sudah mulai terjadi sejak 10 tahun terakhir menyusul terus bertambahnya jumlah TKI yang pergi ke luar negeri.
Untuk menjamin para TKI tak menyebarkan penyakitnya, pendekatan yang bersifat humanis terus dilakukan. “Mereka itu umumnya menutup diri. Kami terus sadarkan mereka tentang pentingnya berobat. Itu kami lakukan tanpa publikasi,” ucap Gus Ipul.